RSS

Tiga

Pikiranku sibuk berputar-putar. Aku merasa sedang menyusuri halaman demi halaman sebuah otobiografi yang amat besar dan mungkin jauh lebih besar dari pada harapan-harapanku yang harus kurelakan untuk kulupakan.
Semua bermula pada suatu ketika, saat mata kuliah On The Job Training tiba. Mahasiswa Wearnes Education Center mulai untuk mencoba mempraktekkan setiap mata kuliah yang telah didapatkan. Aku saat itu sangat khawatir , karena aku ditempatkan pada Dinas Marketing PT. Telkom . Aku mengira aku pasti tidak akan menyukai pekerjaan-pekerjaan di sana, tapi pikiran-pikiran itu malah berubah setelah beberapa hari bertugas di sana.
Aku masih sangat ingat waktu itu, Rabu tanggal 11 Juni 2003, aku bertugas membantu Divisi Transper Payment untuk menyampaikan informasi Telkom Reward lewat telepon, walau sebenarnya aku bertugas di Divisi Multi Media.
“ Mbak sudah mengerti belum ?”
Kata-kata itu terucap saat kurasakan kebingungannya atas penjelasanku tentang perolehan point-point undian Telkom Reward.
“ Sebenarnya saya belum mengerti, mungkin bisa diulang ?”
Tanpa banyak keberatan aku mengulang dengan kata-kata yang sama, karena aku sudah hafal betul apa yang harus aku ucapkan. Tapi suara di seberang malah tertawa kecil. Memang aku berbicara terlalu cepat dan terkesan tergesa-gesa hingga nyaris tanpa spasi. Tentu saja karena 2000 orang pelanggan harus diberikan informasi dengan hanya dikerjakan olehku, Yudi dan juga Yuda.
“ Sudah mbak ? “
Tak ada suara di sebrang.
“ Wah, goblok dulu deh, lama banget “
“ Ngomongnya, bisa pelan dikit nggak, kok nggak ada spasinya ?”
“ Oh, begitu ya.., jadi malu. Sebentar ya aku mau malu dulu sebentar “
“……….udah…”
“ Ya, udah”
Kembali suara cekikikan itu kudengar dan…….
“ Kayaknya kamu orangnya asik”
Semuanya seperti mimpi saja, tapi aku berusaha menguasai kegugupan.
“ Asik itu apa ?”
“ Menurutmu apa ?”
“Kalau menurutku, asik itu nasi dikasih bumbu dikasih sauce trus digoreng “
“ Wah , kalau itu sih nasi goreng namanya”
“ Oh salah ya..”
“ Goblok dulu deh “
Aku tertawa, dan kurasa suara disebrang juga.
“ Mbak masih kuliah ya ?”
“ Iya “
“ Semester berapa ?”
“ Dua “
“ Eh, sama, dimana ?”
“ Dhyana Pura, Kamu masih kuliah ?”
“ Iya, di Wearnes “
“ Wearnes ?, aku juga maunya kuliah di sana “
“ Benar ?”
“ Iya “
“ Oh…, boleh tahu namanya ?”
“ D…W….I, kamu siapa ?”
“ W…I….D….I “
Dan sejak saat itu aku tahu namanya Dwi. Tapi aku harus menghabiskan satu halaman daftar nomor telepon Pelanggan yang harus mendapatkan informasi, tentu saja nomor-nomor selanjutnya sekenanya saja kuberikan informasi, apalagi Ibu-ibu yang galak. Aku tidak telalu memusingkannya, agar aku bisa cepat-cepat menelepon Dwi. Dan sore itu :
“Halo, selamat sore….”
“ Selamat sore, Apa bisa bicara dengan Dwi ?“
“ Ada apa Widi ?”
“ Eh… Dwi ya ? “
“ Iya, sudah habis satu halaman ? “
“ Ya, begitulah…aku asal saja menginformasikannya, biar cepat-cepat bisa nelpon”
“ Widi mimpi apa ya aku semalam ?’
“ Eh, benar, aku juga mikirnya kayak gitu. Dwi lagi ngapain ? “
“ Bikin kue “
“ Kue ?”
“ Iya, mau pesen ?”
“ Boleh, tapi yang bentuk hati ya?”
“ Iya, aku bungkuskan dulu ya ?”
“ Nggak kuliah Wick ?”
“ Lagi libur “
“ Libur ? sampai kapan?”
“ Jangan terkejut ya “
“ Iya, memang sampai kapan ?”
“ Sampai awal Agustus “
Awal agustus? Aku berpikir sendiri, padahal masih bulan Juni, lama banget.
“ Jadi dapat nyantai di rumah dong. Tapi baik-baik di rumah ya Ma, Papa di kantor sampai pukul 5 nanti, habis itu baru bisa pulang.”
“ Eh…iya, pulangnya hati-hati ya Pa”
“ Iya, terima kasih Ma”
“ Ya ampuuun Widi “
“ Tapi, kita ‘kan udah ada si kecil “
“ Oh, iya, namanya siapa ?”
“ Mama aja yang kasih namanya, atau tanya sama tetangga sebelah “
“ Ah , nggak enak… mm….bagaimana kalau namanya ‘Cinta ”
“ Iya, bagus, anak putri namanya Cinta, jaga Cinta ya Ma, jangan sampai nangis”
“ Tentu saja Papa “
“ Ma, apa tetangga sebelah nggak suka mengganggu ? “
“ ‘kan gerbangnya sudah dikunci “
“ Oh, iya, pulang nanti, Papa mau beli gembok aja “
Sampai di sini suara di sebrang sudah cekikikan.
“ Ya ampuun, aku belum punya cowok, tapi sudah dipanggil Mama “
Aku juga sudah tidak bisa menahan geli.
“ Kayaknya, kita cocok juga ya, jadi Papa Mama, tapi sudah sore aku harus pulang, sudah ditunggu sama temen-temenku ”
“ Hati-hati ya ”
“ Iya , terimakasih “
“ Selamat sore Widi, eh tapi besok kerja lagi kan ?”
“ Tentu saja, dan aku pasti nelpon besok pagi, tapi passwordnya ‘Selamat pagi Widi’ OK “

* * *

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS