RSS

Empat

Malam Itu walau agak dingin, tapi terasa indah sekali. Bintang-bintang berkerlip di langit pekat. Dwi lagi ngapain ya ? aku sudah selesai mandi, badanku terasa capai, habis makan malam, rencanaku langsung tidur saja berharap mimpikan Dwi, tapi apa bisa ?
Yuda masih asik mengutak-atik tuning radio cassette, mencari-cari frekuensi yang pas.. Yuda teman akrabku sejak aku masih duduk di bangku TK. Tak pernah terbayang kalau hingga di bangku kuliahpun masih bersama-sama apalagi satu kamar kos. Akh, semuanya seperti mimpi saja, tapi aku sedang senang sehingga semua mimpiku menjadi indah dan aku rebah di ranjang. Badanku pegal-pegal dan nada-nada syahdu itu masih tetap mengalun tanpa henti, menjalar di setiap rongga tubuh, menembus jantung, ikuti arus air merah yang mengalir, hingga penuhi setiap sudut nadi. Akh, betapa indah puisi itu. Aku Cuma bisa menjiplaknya, terlalu indah. Tapi badanku tetap tidak bisa bergerak dan tak berdaya atas cengkraman-cengkraman di pergelangan tangan dan kaki.
Kembali bayang-bayang raut wajah Ayah dan Ibu membayang di sebelah tempatku berbaring. Tapi kini kulihat bayangan adik perempuanku yang masih duduk di bangku kelas II SMU, samar-samar, tapi aku tahu jelas ia adikku. Dia berdiri tepat di bawah lubang kayu besar tempat angin nakal itu behembus.
“Kakak, bangun Kak, Kakak masih ingat? Kakak ingin mengajariku komputer kalau sudah lulus nanti? “
Samar-samar suaranya ku dengar, ingin sekali aku menjawab, ‘tentu saja dik, tentu saja,’
Dan kubawa wajahnya ke dadaku karna kulihat dia amat sedih, tapi aku tidak tahu mengapa? Yang aku tahu aku tidak bisa berucap karna bernapas saja aku susah, dan juga cengkraman-cengkraman di pergelangan tangan dan kakiku membatasi gerakanku untuk menggapai bayang-bayang itu.
Bayang-bayang adikku semakin memudar tapi masih bisa kuingat-ingat dan aku terbayang saat masih SMU, saat adikku masih duduk di bangku kelas I dan aku kelas III. Beasiswa prestasi yang kuterima hanya cukup untuk membiayai kursus komputerku sendiri sedang adikku terpaksa harus menunggu lagi. Yah, kami dari keluarga susah, kalau saja bukan karena beasiswa-beasiswa yang ku kumpulkan mungkin aku tidak bisa melanjutkan sampai kuliah. Tapi adikku …..dan ….kepalaku, aduh pening. Sakit menusuk-nusuk. Aku meronta-ronta sekenanya, tapi usahaku malah membawaku ke tempat gelap pekat itu lagi, dan kurasakan badanku sangat lelah, teramat lelah dengan pikiran yang tetap sibuk tanpa henti, berlalu lalang, berganti-ganti, berlari……..

* * *

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS