RSS

Entah kenapa, setiap kali aku lihat gambar ini.. aku jadi ingat sukawati..


"hari itu aku dpt tugas dari pak jaya ngambil dokumen ke tampak siring. aku sengaja lewat ke batuan. sbenarnya aku ragu2 maw mampir ke rumah mu ato tidak. tapi akhirnya aku mampir di warung nenek mu. aku tidak menyangka klo nenekmu mash ingat aku dengan jelas. bliau tanya, kenapa aku lama gak pernah mampir... "

"trus kamu jawab apa?"

"aku cma senyum saja, aku gak taw maw jawab apa. sekalipun dalam hati q pnya jawabannya. krn klo q mampir, km tidak ada disana... ato sekalipun km ada mungkin km akan malah jadi ga senang aku mampir karena aku ga smpat nelpon kamu sebelumnya.. seperti thun lalu, dngan nada tinggi km bilang padaku..
"ada kalanya orang itu bisa dan ada kalanya orang itu gak bisa.."

tak perlulah sampai seperti itu. aku cma ingin suasana hatiku saat itu tetap ada, hingga bisa tetap ku rasa setiap kali ku lewat atau berkunjung ke batuan. suasana sepanjang jalan itu. sinar surya pagi yang menerobos sela sela rindangnya daun. kicau burung burung. harumnya asap dupa dan aroma canang...
suasana itu yang akan selalu kurindukan. jika memang hanya itu saja yang bisa kumiliki... cukuplah itu saja....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BAGIAN I

emenjak lulus kuliah, aku berpisah dengan satu persatu dari teman teman baikku, karena dengan dibantu saudara atau kerabat, mereka telah diterima bekerja dan harus pindah ke kota lain, atau sekalipun masih di Denpasar, tetap saja kami semakin jarang bertemu. Hingga akhirnya yang tersisa cuma aku dan Pujox sahabatku. Hanya berbekal ijazah Diploma tanpa pengalaman sama sekali dan tanpa koneksi pula, mendapat pekerjaan yang layak hanyalah sebuah harapan kosong.

Di tengah keputusasaan itu, Pujox memutuskan untuk pulang kampung. Beberapa kalipun aku mencoba menyemangatinya dengan sisa sisa semangat diantara kerapuhan, tetap saja pendiriannya kokoh,
"Aku pulang kampung saja Nde.. biar aku ikut Pak Mang saja, kerja di proyeknya, Kamu masih ada kakak sepupu mu disini, sedang aku? aku gak ada siapa siapa disini, gak akan ada yang mau membantuku disini"
"Tapi jox, kita masih bisa berjuang disini, kita akan berusaha melamar pekerjaan lebih banyak lagi"
"Tapi kita sudah mencobanya selama ini Nde.. dan... NIHIL, aku masih punya sedikit sisa uang, cukup untuk ongkos naik bus pulang, besok aku pulang Nde. tapi kamu jangan nyerah seperti aku ya.."
Itu kata kata sahabatku sehari sebelum pulang ke Negare, sungguh hari yang berat. Dan sejak itu pula, untuk bulan bulan berikutnya aku tak bertemu lagi dengan sahabat ku itu.

Aku merasa sendiri. Rumah kost dua lantai milik seorang Dokter di jalan Pulau Bawean no.15, yang sebelumnya ramai dengan canda tawa teman teman dan sahabatku, suara gitar Pujox, suara merdu Dayu mengiringi petikan gitar Pujox pacarnya, sekarang sepi tinggal kenangan kenangan. Sebelumnya setiap pagi aku dan teman temanku sibuk disini menulis surat lamaran. Sore hari sepulang melamar pekerjaan di berbagai perusahaan di Denpasar, kami makan seadanya lalu berisitirahat sambil bermain gitar, bahkan kadang sampai larut malampun kami masih betah berkumpul. Dan aku melanjutkan kembali lamunanku tentang seseorang yang jauh di Sukawati Gianyar yang mungkin sama sekali tak pernah ingat padaku. Hari yang indah yang tanpa kusadari telah berubah menjadi hari yang sepi nan panjang.

Hingga akhirnya suatu hari,

Turun dari mobil, aku mengikuti langkah Pak jaya, memasuki sebuah gedung berlantai dua dengan dinding kaca dengan dekorasi khas sebuah Digital Printing House. Di dalam ruangan segi empat yang cukup luas itu, berjejer komputer komputer dengan monitor flat screen dengan seorang operartor tiap komputer yang dengan tangannya yang lincah sibuk memainkan mouse untuk membentuk objek objek dan gambar dengan paduan warna warna yang indah pada tampilan monitor.
................................
emua berawal pada suatu ketika, setelah beberapa lama menganggur menumpang di kos kakak sepupuku di Jl. Pulau Bawean, oleh seorang saudara ku di kampung yang akrab ku panggil Bli Ketut Raka, mengenalkan ku pada seseorang teman baiknya yang sangat ramah. Pak jaya, begitu beliau akrab dipanggil. Beliau adalah teman baik Bli Ketut Raka saat masih bekerja di sebuah perusahaan percetakan yang sangat besar di Surabaya yang kini beliau sedang merintis sebuah bisnis handycraftnya di Tampak Siring, Gianyar. Seseorang yang brtbuh kurus tinggi dan memakai kacamata. Beliau mempuyai seorang istri yang sedang mengandung anak ke-dua mereka dan seorang putri yang saat itu baru berusia 2 tahun.

Berkat kebaikan beliau, aku belajar tentang design grafis dan percetakan, sesuatu yang benar benar baru bagiku saat itu. Aku merasa sangat beruntung, karena dari beliau aku belajar semua itu dengan gratis. Selama tiga bulan penuh aku tinggal di rumah beliau dan setiap hari aku belajar. Aku diterima di rumahnya seperti saudara, bahkan aku diperlakukan seperti adiknya sendiri.
Kamar yang ku pakai di lengkapinya dengan sebuah laptop Dell Pentium 4 yang bisa ku utak atik setiap malam kalau kalau aku masih ingin belajar. Siang hari sebuah komputer, bebas ku gunakan untuk belajar di ruang kerjanya. Dan kadang, kalau Pak Jaya ada waktu luang, beliau mengajarkan ku beberapa teknik dasar menggunakan sofware sofware design grafis. Melihat ketekunanku belajar dan kemajuan yang ku capai, beliau menghadiahi ku beberapa buku dan CD interaktif, untuk menambah wawasanku lagi tentang software grafis. Dan suatu hari, di ruang kerjanya:

Aku masih duduk di depan meja komputer ketika Pak Jaya yang kini aku panggil Bli Putu (Kakak Putu), datang mengambil kursi dan duduk di sebelahku..
"Tut Pande.. " begitu beliau akrab memanggilku.
"Sudah tiga bulan ini, kamu bersama saya di sini. Dan kamu sudah banyak tahu tentang saya. Saya baru merintis usaha Handycraft saya di Tampak Siring, setelah saya sudah seriiing sekali gagal seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya. Dan seperti pembicaraan kita sama Raka juga waktu itu, dimana selama kamu belajar, saya tidak mampu memberi kamu sesuatu tiap bulannya yang umumnya disebut orang dengan istilah Gaji. Seperti apa yang sudah didapatkan oleh teman teman sekolah kamu yang sudah bekerja di luar sana. Tapi Disini saya bisa memberikan kamu Ilmu dan ketrampilan yang nanti bisa kamu gunakan untuk mendapatkan penghasilan itu, yang mungkin nanti bisa melbihi teman teman kamu.."
Pak Jaya menghentikan kata katanya sejenak, sembari melepas kaca matanya dan melapnya kemudian memakainya kembali.
"Dan sejauh saya amati, saya rasa kamu sudah cukup paham tentang software software grafis yang ada dan saya rasa semua yang saya tahu sudah saya berikan dan saya sangat senang, kamu dapat menyerap semuanya dengan cepat"
"Suksma Bli Putu, tapi saya merasa masih banyak yang belum saya pelajari"
"Iya..iya.. saya paham akan hal itu. nah maka dari itu saya bermaksud mengenalkan proses selanjutnya, bagaimana sebuah grafis bisa di cetak pada sebuah media, entah itu kertas, stiker atau media yang lain, pelan pelan saya ingin kamu mengerti tentang apa itu film, pelat atau pun secreen.. Saya lihat kamu sudah bayak tahu tentang apa itu CMYK system, apa itu RGB.. cuman mungkin belum paham betul saat kapan system itu akan terpakai..... hhhmm....." beliau berhenti sejenak lalu melanjutkan kata katanya.
"Besok kamu ikut saya ke Sinar Bali untuk membuat film, Saya akan kenalkan kamu dengan seseorang"
...............................
egitulah beberapa waktu sebelumnya dan kini kami sedang berada di Sinar Bali. Aku lihat Pak Jaya sedang mencari cari seseorang dan ketika dilihatnya, kmudian beliau mendekat dan mengeluarkan Memory Card Reader dari sakunya dan kulihat beliau berkata setengah berbisik.
"Mba.. mba... saya mau print film untuk offset"
"Oh.. Pak Jaya... kok tumben Pak, sudah lama ga ke sini" wanita yang berambut ikal yang kurasa hanya beberapa tahun lebih tua dariku dengan logat jawanya yang sangat medok menyapa ketika sadar Pak Jaya di sampingnya.
"Iya saya ada beberapa design box untuk handycraft saya, maw saya cetak... Oh iya.. ini kenalkan adik saya, nanti selanjutnya dia yang akan mengurus semua nya kesini"
Aku mendekat dan mengulurkan tanganku... "Widi" dan si mbak itu membalas "Pecgi" dengan logat jawa yang medok sehingga yg bisa ku dengar namanya adalah 'Peki'

Pak Jaya kemudian membiarkan kami, aku duduk di sebelah Pecgi memperhatikan monitor yang menampilkan sofware Page Maker dengan pointer yang bergerak sangat lincah, mengikuti gerakan mouse yg digerakkan tangan dan jari lentiknya, mengutak atik gambar hasil karyaku.
"Kok tumben ikut kesini mas?"
"I..Iya.. hari ini saya di suruh belajar membuat film" jawab ku sedikit gugup.
"ooh... hhm..... ini cross nya maw di taruh luar atau di taruh di dalam mas?"
cross??? aku celingukan. Apa maksudnya cross?? tanda tambah?? kenapa ada cross?? aku mencari cari dimana Pak Jaya dan berharap dia akan menghampiri...
"Knapa mbak?" akhirnya Pak Jaya mengerti kebingunganku...
"Ini cross potongnya mau di taruh di luar atau di dalam?"
"Ohh.. di taruh di luar saja gak apa apa, nanti motong nya pake mesin Pond kok"
"Oh.. ya..ya, jadi saya taruh luar ya"
Rasanya aku ingin bersembunyi di kolong meja demi menyembunyikan rasa malu ku, semoga gak ada yang tahu. he..he.. ternyata masih banyak sekali yang belum aku tahu. Hmm.. Cross.. oh.. jadi tanda perpotongan itu disebut Cross potong, gumamku dan kucatat semua yang kualami sebagai pelajaran berharga.

ari hari berikutnya aku jadi semakin sering ke Sinar Bali untuk mengurus setiap design yang siap untuk di cetak film. Dan setiap kali aku ke sana, aku selalu menunggu hingga Mba Pecgi senggang karena aku gak yakin klo minta tolong sama Designer Grafis yang lain.
"Mba... saya mau ngeprint film"
"Oh.. iya, mana file nya mas?"
Aku mengeluarkan Memory Card Reader dari dalam tas dan ku serahkan. Sesaat kemudian kembali layar monitor di depanku menampilkan software Adobe Page Maker dengan artwork yang ku buat.
"Kok design box pake Page Maker mas? apa tidak susah?"
"Saya...saya.. belum bisa yang lain mba, saya belajar Page Maker dari Pak Jaya"
"Ooh.. klo pake Correl Draw layoutnya jadi lebih gampang mas"
"Iya, saya baru belajar Correl Draw sedikit dari buku, agak lama klo belajar dari buku, waktunya habis saya pakai untuk membaca, kalau saya pas kesini saya boleh tanya tanya gak mba?"
"Oh bisa.. gak apa apa, tapi mungkin saya gak bisa jelasinnya secara detail disini, soalnya masih ada customer yang ngantre, tapi kalau mau belajar saya bisa bantu kok"
"Benar mbak, maksudnya mbak 'Peki' bisa bantu saya belajar?" aku kegirangan..
"Saya boleh minta nomor telepon nya mbak? saya mau bilang dulu sama Pak Jaya, nanti saya telpon"
"Hmm...boleh, sebentar.. saya ambil handphone saya dulu"
Sejenak kemudian, mba Pecgi kembali lagi dengan handphonenya. "Nomor Hp kmu berapa?"
Aku menyebutkan nomer handphone ku dan sejenak kemudian handphone ku berdering sebentar.
"Itu nomor handphone saya, nanti hubungi saya di nomor itu saja"
"Iya terimakasih mba 'Peki', lalu ku simpan deretan nomor hp itu dengan nama 'P-E-K-I' lalu ku tunjukkan kepadanya,
"mengeja nya seperti ini ya?"
Pecgi ku lihat tersenyum, "nggak gitu mas, tapi "P-E-C-G-I" masih dengan logat medok nya..
"oooh.. maaf, saya kira P-E-K-I"

Sore itu setelah membayar di kasir, aku segera pulang. Hari itu aku benar benar girang. Sesampainya di rumah Pak Jaya, ku parkir Cymco yang ku bawa dan dengan tergesa gesa aku segera menemui Pak Jaya.
"Bli Putu, saya mau belajar Correl Draw dan Adobe Photoshop lebih banyak lagi dari Mba Pecgi"
"oh...gagasan bagus itu, tapi si Pecginya mau ndak ngajarin kamu?"
"Mba Pecgi bilang dia mau bantu saya Bli Putu, tadi saya sudah minta nomor teleponnya"
"Oh iya? Bagus kalau begitu... nanti kamu bicarain lagi sama Pecgi lebih lanjut. Nanti biayanya biar saya siapkan"
"Terimakasih Bli Putu"

Aku benar benar merasa sangat senang dan girang. Malam hari aku tidak bisa memejamkan mataku karena tidak sabar menunggu pagi. Buku buku yang ada aku baca baca kembali sepintas, lalu ku kumpulkan semua yang belum aku mengerti untuk aku tanyakan besok.
Malam semakin larut, Suara bising Jalan Gunung Agung sudah semakin surut, tapi aku masih belum juga bisa memejamkan mata. Entah berapa lama... ku menghitung suara detik jarum jam dinding, sampai akhirnya semuanya jadi gelap gulita...

TO BE CONTINUED

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS