RSS

uatu siang yang gerah, sinar matahari cukup terik mengguyur gedung gedung di komplek pertokoan Sudirman Agung, menghasilkan bayangan byangan teduh di sisi yang berlawanan. Di salah satu tembok belakang gedung Kampus Wearnes, di depan deretan bangunan pertokoan… Sebuah telepon umum............
"gimana wick, hari ini kita bisa ketemu?"
"ooh.. ada acara ke denpasar? kemana?"
"banyu sari? itu kan deket kampusku.., sebentar..aku masukin koin lagi dulu.. jadi berarti kita gak bisa ketemu?"
"nganterin temen ke Gramedia? jam brapa?"
"ooh gitu, oke kalo gitu.. jam 4 ya.. di Gramedia.. thanks wick... hati hati di jalan yah.. bye.."
Widi menaruh kembali gagang telepon dan memasukkan sisa koin ke sakunya. Jantungnya sedikit berdegup, diliriknya jam tangannya,.. jam 2 lewat 10 menit.. 2 jam lagi jam 4 sore, dia membayangkan bisa bertemu dengan seseorang yang selama ini selalu mengisi fikirannya.

***
Udara masih cukup gerah walau sesekali angin berhembus menerbangkan debu dan sampah sampah plastik. Gang Mandau tampak lengang, orang orang lebih memilih bersantai di kamar. Tak banyak aktifitas karenaa udara yang panas. Widi tak segera ke kos nya, langkahnya semakin mantap ketika sampai di sebuah gerbang yang pintunya terbuat dari besi bercat warna coklat yang nyaris menyamarkan karat di beberapa bagiannya. Di tengah halaman pekarangan rumah, tumbuh sebatang phon mangga yang tinggi dan daunya sangat rindang...
"Jox..Jox... kao di dalam??"
terdengar suara dengan nada malas dari dalam, kemudian sesosok tubuh telanjang dada dengan rambut acak acakan sambil menggaruk garuk kepala membuka pintu.
"ada apa nde.. gangguin saja kao"
masih setengah enggan Pujox menyapa sahabatnya. Widi memang akrab di panggil Pande oleh Pujox sahabatnya ini. Widi melepaskan ransel dari punggungnya kemudian duduk sambil memainkan gitar di kasur yang dibiarkan di lantai tanpa dipan..
"tidur saja kerja mu jox"
"capek sekali aku, sampe jam 2 pagi aku ngerjain tugas dari Pak David, kao sendiri dari mana saja? tadi aku ke tempatmu tapi gak ada siapa siapa"
"aku ke LAB"
"dasaar manusia LAB, lama lama kepalamu berubah jadi CPU"
sambil menyalakan TV Pujox melanjutkan kata katanya, "heran aku sama kao nde"
"ah kao juga sama, tempo hari kao seharian juga di LAB... eh Jox, sore ini kao ada acara gak?"
"sore ini? nggak.. memang kenapa?"
Widi menaruh gitar, matanya berbinar..
"Kao ikut aku ke Gramedia yak.."
"Ngapain kesana?"
"Beli pisang goreng..... ke Gramedia ngapain, yah cari cari buku lah..."
"Iya, maksudnya nyari buku apa?"
"Kita cari cari contoh2 source code program perpustakaan untuk tugas pemrograman itu, siapa taw disana ada buku yang bisa membantu"
"Tapi aku belum perlu"
"Yah, kao ini.. nanti juga kao perlu.. atau paling tidak kao mungkin bisa nyari buku laen yang ada hubungannya dengan tugas dari Pak David itu?"
"Ya.. ya.. baiklah.., kapan?"
"Kan sudah ku bilang.. sore ini, jam 4 aku sudah harus disana"
"Kenapa jam 4 harus sudah disana?? memang ada apa disana jam 4?"
Pujox mengerutkan keningnya..
"Ah sudahlah, kao siap siap sekarang. Bentar aku ke sini lagi.. thanks boy.. kao memang sahabat sejati, he..he.."
"Ya sudah, sana kao pergi.."
Widi segera mengemasi ranselnya, rumah kosnya cuma selang 2 rumah sebelah kos sahabatnya itu. Sejak Ospek tahun lalu, mereka bertiga jadi akrab bersama Yuda teman kecil Widi yang sampai sekarang jadi teman satu kampus satu kos pula. Mereka akrab mungkin karena sama sama merasa menjadi Mahasiswa Penuh Derita..
Hari sudah semakin sore, sekali lagi Widi menyisir rambutnya serapih mungkin. Yuda teman satu kos nya yang baru saja datang menatapnya heran.
"Tumben skali kamu pulang dari kampus cepat cepat trus tiba tiba sudah rapi"
"Ya aku ada janji sama Dwi"
"Oooh.. pantesan. tapi serius amat kmu, emang yakin dya bakal datang? eh.. tadi Gede titp disket kamu"
"Taruh saja di meja ku, thanks Da..., aku pergi dulu..."
"Sip... Good Luck boy" Yuda mengeleng gelengkan kepala, boy.. boy... baru tau kmu rasanya jatuh cinta
***
Sore di jalan Ida Bagus Oka mulai rame. Orang orang dan kendaraan kendaraan berlalu lalang, dengan tujuan masing masing.
Pujox mencoba mensejajari langkah kaki Widi yang semakin tergesa gesa.
"Nde.. knapa kao buru buru?"
"Pernah kamu pikir jox, kmana ya tujuan orang orang yang lalu lalang ini? setiap hari ada saja yang lewat... kira kira kemana ya tujuan mereka? hi.hi.. seandainya kita disuruh mendata tujuan setiap orang yang berlalu lalang ini yak.. he..he.. bisa botak kepala kao tu.."
"Ditanya kenapa buru..buru.. mlah ngelantur kao.. macam orang gila kao ini"
Widi cuma tertawa kecil. pikirannya trlalu sibuk membayangkan bagaimana nanti bila dia bertemu seseorang yang selama ini ingin sekali ditemuinya. hampir separuh jalan mereka lewati dengan fikiran masing masing, menyusuri trotoar jalan Sudirman sampai kemudian mereka masuk ke pelataran parkir Matahari Mall. Melewati stand busana dan cosmetic, terdapat sebuah eskalator menuju toko buku Gramedia. Toko buku yang cukup terkenal.
Widi menghentikan langkahnya sejenak sebelum memasuki toko, mencoba menenangkan dadanya yang semakin kencang berdegup. Pujox mendahuluinya berbaur dengan orang orang yg sibuk membolak balik halaman halaman berbagai macam buku. Berpindah dari lajur rak buku satu ke lajur yang laen, membongkar tiap deretan buku yang sudah rapi, mencari cari sesuatu yang diinginkan. Tapi lepas dari smua kesibukan itu, Widi malah sibuk mencari sesosok ank cewk brkulit putih dengan rambut sebahu mengenakan kaos berwarna pink.
"Oi.. Ru.. Ru.. psstt.. RU, kao nyari buku apa mau mensurvei orang2?"
"Oh..eh.. diem kao, aku lagi nyari neh...."
"Iya tapi dari tadi kao cuma liat liat orang yang datang, lagi pula nyari buku2 komputer knapa di rak sini, sana tuh.. buku buku komputer"
"Iya.. iya... cuma liat liat aja sini... Jox, jam berapa ini?"
"Udah 45 menit lewat, dari jam 4.. he..he.."
"Serius kao jox.... "
"Jam 4 lewat 20 menit, kenapa emang..?. "
Widi kembali menoleh ke Enterance.. ada banyak orang yang memakai baju pink. Widi berfikir sejenak.. lalu tersenyum dan mendekati salah seorang cewk yang kebetulan memakai kemeja berwaran pink. Agak ragu ragu sejenak, tapi kemudian dia berfikir.. bukan pake kaos tapi kemeja, ah kalo memang bukan dia, nanti dia jg ga kan ngerti. Lalu diambilnya sebuah buku dan dibuka nya, dengan pura pura membaca...
"Aku membawa..kumpulan puisi dan sebuah gembok...."
"Bicara sama siapa kao... gila kao"
"Ahh diem saja kao jox.."
"Baca apa kao, buku visual basic kok ada kumpulan puisi dan gembok... aneh!! "
"Ah gak ngerti kao... tuh kan pergi dia.."
Pujox menohokkan kepalanya mencari cari.. "Siapa??"
"Ah sudahlah..." Widi menghindar dan menghilang dari rak buku yg lain. Pujox menggeleng gelengkan kepalanya. "Ada yang aneh dengan kao..."
***
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 6 sore.. Widi semakin gelisah. tak ada sesok orang pun yang ditemuinya memakai kaos pink dengan rambut sebahu. Tapi dia yakin dwi pasti datang. Lalu dengan setengah keyakinan, dicarinya lagi, dilakukannya lagi hal yang sama pura pura membaca, tapi hasilnya nihil... sampai akhirnya pujox yang sdah mulai jenuh sedari tadinya mengajaknya pulang..
"Ru.. sudah kao dapat bukunya? aku sudah bosan disini.. lagi pula kao cuma mondar mandir saja.."
"Tunggulah jox, 10 menit lagi..."
"Kita sudah dua jam disini, emang sebenarnya kao nyari apa kesini, nyari pisang goreng?? he..he.. pasti gak ada lah..he..he.., atao aku tunggu di luar saja yak.... kao cari pisang goring kao disini"
Widi menghela nafasnya panjang, sekali lagi ia menoleh ke Entrance.. tiba tiba saja rasa ragu datang, teringat apa yang dikatan Yuda. yakin dia datang? hhhh.. mungkin dwi ga kan datang, gak akan pernah datang, dia gak pernah ingin bertemu dengannya. Lalu dihelanya nafas panjang... ada sesuatu terasa sakit di dadanya
"Iya dah jox, kita pulang saja... gak ada yang aku cari disini"
"Hari ini kao aneh sekali nde.."
"Ah biasanya juga aneh.. "

***
Langit senja di ufuk barat sudah mulai kemerahan, burung burung pipit yang bersarang di pohon pohon palm di sepanjang jalan sudirman terbang beramai ramai menuju sarang. Daun daun pohon palm melambai lambai seakan menyambut. Widi menyeret langkahnya yang gontai. Sepanjang perjalanan dia hanya diam. Tak sadar dengan sahabatnya di sampingnya, tak sadar dengan orang orang dan kendaraan kendaraan yang berlalu lalang, seakan dia hanya sedirian. Dunia dirasanya sepi..
"Boy... kenapa kao, dari tadi kao aneh.."
"eh gak apa.. apa" dicobanya tersenyum.
"Jox.. coba kao lihat itu.. WARTUK.. maksdunya apa itu.. kelihatannya itu wartel.."
"Maksudmu??"
"Iya WARTUK itu apa kepanjangannya.."
"Ooh.. WARTUK itu Warung Telekomunikasi Umum.."
"Cuma itu.. lalu "K" nya..."
"Oh ada "K" nya ya..??"
"Lho kan WARTUK, dibelakang ada "K" nya.."
"Oh.. klo gitu berarti.. Warung Telekomunikasi Umum.... Kak..kak.kak.kak...k"
"Lho knapa ketawa.. "K" nya mana?"
"Lah ya itu.. Warung Telekomunikasi Umum.. Kek.kek..kek..kek.."
"ah ga ngerti kao..jox "K" nya belum"
"Kao yang gak ngerti.. ya itu dah "K" nya yang terakhir... Warung Telekomunikasi Umum..... Kik..kik..kikk..kik,.... he.he.."
"Ah gila kao jox.. aku mau nelpon dulu sebentar"
"Kmana lagi kao..."
Tanpa menghiraukan lagi, widi berlari dan masuk ke dalam wartel. Jantungnya berdegup lagi saat memencet nomor.. lalu.. stelah beberapa kali suara tut..tut.., seseorang mengangkat...
"Om swastyastu.., selamat malam"
"Om swastyastu.. selamat malam pak, Kadek Dwi nya ada pak?"
"Kadek? kadeknya keluar.. sudah dari sore tadi, katanya ke denpasar.. ini siapa nggih??"
"Tyang Widi pak, temennya.."
"Oh.. ada pesen?"
"eh nggak pak, bilang saja tyang ada nelpon.., suksma pak"
"oh nggih, nggih, nanti tyang sampaikan"
"nggih.. suksma"
Ditaruhnya kembali gagang telepon, langkahnya semakin gontai pulang ke rumah.... dalam hatinya dia mencoba berkata.. sudahlah.. mungkin Dwi gak jadi mengantar temannya ke Gramedia... atau mungkin dia lupa.. atau mungkin memang gak niat ketemu.. hh..h.. sudahlah..
****
Hari sudah malam, bulan purnama menghadirkan sinarnya menerangi malam. sesekali terdengar suara jangkrik ramai bergurau seakan bernyanyi. Angin malam yang berhembus terasa sangat dingin. Widi mengambil buku dari dalam laci, kumpulan cerita tentang semua mimpi mipi malam yang ditulisnya sendiri. Lama buku itu tak pernah diambilnya, terdiam hingga sampulnya berdebu, di usapnya debu itu, dibacanya setiap cerita lalu tentang dwi.. lalu ditulisnya
“Suatu siang yang gerah, sinar matahari cukup terik mengguyur gedung gedung di komplek pertokoan Sudirman Agung, menghasilkan bayangan byangan teduh di sisi yang berlawanan. Di salah satu tembok belakang gedung Kampus Wearnes, di depan deretan bangunan pertokoan… Sebuah telepon umum............”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS